PATNER IBADAH
Bismillahitrrohmanirrohim.
Kembali aku hadir dalam tulisan tanpa arti ini. Aku bukan seorang penulis, bukan pula seorang pengarang. Namun aku juga punya mimpi untuk menuliskan kalimat bermakna seperti para penulis buku yang penuh denghan gudang pengetahuan. Meski mereka tak mampu menyampaikan lewat lisan-lisan mereka, namun tulisan mereka mampu mengantarkan penegetahuan yang mereka miliki sampai pada titik yang tak terbatas.
Namun izinkan saya untuk tetap menulis meski hanya coretan belaka.
Aku hanya ingin berbagi kisah tentang perjalanan hidup yang bersangkutan tentang hati.
Pada umur ku yang masih 21 tahun ini, rasanya kisah ini masih belum terlambat untuk saya posting.
Sebelumnya saya ingin menulis kisah ini karena saya juga ingin mencari solusi akan konflik yang terjadi dalam kisah ini nantinya, kita tidak pernah tau siapa yang akan Allah kirimkan untuk menjadi penasehat dan teman untuk kita. untuk itu saya menulii ini berharab banyak nasihat dari kalian sang pembaca.
" MEMBUKA HATI"
Berawal dari sujud panjang ku di sepertiga malam, aku mulai meringkuh di hadapan Tuhan. Semakin hari semakin terfikir diri ini oleh tujuan hidup dan mulai ingin memilih takdir yang baik. Aku selalu takut ketika mengingat kematian. aku selalu bertanya, "bagaimana ketika aku telah mati nanti?".
selalu terbesit pertanyaan seperti itu, sampai mendorong aku untuk punya cita-cita dan keinginan yang tinggi. Aku bercita - cita ingin bisa belajar di cairo (AL-AZHAR).
Karena aku ingin paham tentang agamaku ini langsung dari sumbernya. Aku ingin memahami al qur'an dan bahasanya.
Namun ala kulli hal sampai usia 20 tahun bahkan sampai saat aku menulis saat ini, semua itu terasa masih sangat jauh untuk ku gapai. bagaimana perjalanan ku dalam menuntut ilmu sangat membuat saya terpukul. Namun aku masih percaya, bahwa Tuhan punya kado terbaik untuk saya.
Tepat pada umur saya 19 tahun lalu, saya memutuskan untuk menjalani dengan ikhlas tentang perkuliahan saya. Moto saya pun berubah menjadi " saya harus selesaikan kuliah saya saat ini". meskipun tak sejalan dengan apa yang saya impikan. Dan saya ingat pujangga Tuhan dalam surat Cinta-Nya.
" Apa yang kita sukai belum tentu baik untuk kita, dan apa yang kita benci belum tentu buruk untuk kita".
Sampai pada titik lelah nya saya berjuang, untuk berdamai dengan diri sendiri dalam menjalni takdir. Saya berharap Tuhan kirimkan Patner Ibadah, yang bisa menghilangkan rasa jenuh saya. Yang bisa menggantikan rasa kecewa saya. Dan iya waktu itu saya di bukakan hati saya oleh Tuhan untuk memulai mengafalkan ayat demi ayat
AL - qur'an. Alhamdulillah bermula dari menghafal, sampai lah pada saya tergabung dalam lembaga dakwah kampus.
Di dalam lembaga ini saya mulai merasa bersinergi kembali pada niat awal. seolah saya telah berada pada lingkungan yang selama ini saya impikan. Semua teman-teman saya adalah orang-orang yang dekat dengan al qur'an progres kami selalu tentang AL-qur'an. tanpa di sangka saya juga terpilih sebagai mentor dalam mengajarkan al qur'an di kalangan mahasiswa, meski hanya mengajarkan ilmu dasar al qur'an seperti tajwid.
Dan dalam lembaga ini lah saya mulai membuka hati pada banyak hal termasuk membuka hati untuk si PATNER IBADAH...
EH...
BERSAMBUNG DULU YA..
Komentar
Posting Komentar